Salah satunya dengan menciptakan
aktivitas tidur yang menyenangkan. "Andi, tidur dong, Sayang. Masak enggak
capek sih lompat-lompatan terus!" Sudah lebih dari dua jam, Siska meminta
anaknya untuk tidur siang. Sama sekali tidak sukses. Andi memang sulit sekali
jika diminta tidur. Ketimbang memejamkan mata di ranjang, ia lebih memilih
berlompat-lompatan, tertawa-tawa, atau mengajak Siska bermain gulat-gulatan.
Keadaan ini juga berlaku saat tidur malam. Siska sampai kehilangan akal.
Menurut Neneng Tati Sumiati,
Psi., Andi adalah salah satu contoh anak aktif. Yang perlu disadari, aktif
bukan berarti hiperaktif. Si aktif adalah anak normal karena perilakunya masih
bisa diarahkan dan dapat dikontrol. Hanya saja secara psikomotorik, ia lebih
aktif ketimbang anak-anak pada umumnya; lebih sering bergerak; berlari,
melompat atau merangkak. Ia pun aktif dalam artian kreatif; sering bertanya,
meminta perhatian, dan sebagainya. "Se-belum dia berhasil menyelesaikan
pasel misalnya, anak aktif umumnya tidak akan menyerah.
Hal ini terjadi karena anak aktif
punya energi lebih banyak dan lebih tahan terhadap tantangan yang
dihadapi," ujar psikolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Nah, bedanya anak aktif dengan anak hiperaktif adalah
anak aktif masih memiliki kemampuan untuk memberikan perhatian, fokus terhadap
sesuatu yang diinginkan, punya tujuan saat melakukan sesuatu, dan dapat
berkomunikasi dengan baik. "Bila anak aktif diberikan arahan, dia bisa
melakukan segala sesuatu dengan baik," kata Neneng. Berbeda dengan anak
hiperaktif, perilakunya cenderung tanpa arah karena tidak memiliki tujuan.
Sikapnya pun ditunjuk-kan dengan
tindakan destruktif, tidak bisa fokus dan mudah sekali beralih, dan sebagainya.
"Hiperaktif termasuk anak dengan kebutuhan khusus dan perlu penanganan
serius." AGAR ANAK MAU TIDUR Jadi, sekali lagi, anak aktif itu normal.
Malah keaktifan mereka cenderung membawa manfaat. Misalnya, si aktif jadi tahu
lebih banyak tentang berbagai hal karena lebih sering bereksplorasi ketimbang
anak-anak lainnya. Berkat gerakan-gerakannya yang hampir tiada henti, juga
membuat kemampuan motorik anak aktif lebih baik. "Menurut saya, lebih
bagus anak banyak gerak karena dia akan mempelajari sesuatu lebih banyak.
Sedangkan anak yang lebih sering
diam, selain motoriknya kurang terlatih, juga banyak hal yang tidak dapat
diketahui anak. Kepasifannya malah bisa mengganggu kreativitas anak dan
inisiatifnya kelak," tandas Neneng. Nah kalau masalahnya si aktif sulit
diajak diam apalagi kalau diminta harus tidur, itu disebabkan mobilitas si
aktif yang lebih tinggi ketimbang anak-anak lain. Keinginan si aktif untuk
selalu beraktivitas inilah yang akhirnya membuatnya sulit untuk diminta tidur,
terutama tidur siang. "Setiap anak memang memiliki kebutuhan tidur yang
beragam, mungkin kebutuhan tidur anak aktif lebih sedikit sehingga kita sering
menemukan mereka sulit untuk diajak tidur," ungkap Neneng. Walau begitu,
ia menandaskan anak batita harus memiliki istirahat yang cukup, terutama bagi
mereka yang sudah bangun pagi-pagi sekali. "Istirahat terbaik kan tidur.
Jadi batita memang sebaiknya tidur di siang hari." Istirahat yang kurang
akan berimbas pada kondisi fisik yang akhirnya mempengaruhi kondisi
kesehatannya secara umum.
Apalagi, anak aktif sering tidak
bisa mengontrol aktivitasnya sehingga mungkin saja dia sebenarnya sangat lelah
namun tetap memaksakan diri untuk bermain.
Tetapi perlu diingat, jangan
sekali-kali anak dipaksa untuk tidur dengan berbagai ancaman. Meskipun anak
akhirnya mau melakukannya namun hal ini bukan karena kesadarannya melainkan
keterpaksaan. Berikut beberapa hal yang lebih disarankan Neneng untuk membuat
si kecil bersedia tidur:
1. Bikin jadwal kegiatan Langkah
awal yang bisa dilakukan adalah dengan membuat jadwal kegiatan anak dalam satu
hari. Jadwal ini bisa dijadikan sebagai patokan kapan anak harus bangun, mandi,
makan, tidur siang, hingga rutinitas malam hari. Awalnya bisa jadi jadwal
tersebut sulit diterapkan. Namun setidaknya dengan jadwal yang sudah tersusun,
si kecil jadi terbiasa melakukan aktivitas teratur. Jadi cobalah mematuhi
jadwal agar ia terbiasa. Bila anak sudah bisa menyesuaikan diri, mudah bagi
kita untuk memintanya tidur. Sebaliknya, tanpa jadwal anak akan terbiasa bebas
melakukan apa saja dan kapan saja. "Mungkin saja nantinya bukan orang tua
yang mengendalikan anak malah anak yang mengendalikan rutinitas hariannya, juga
mengendalikan orang tuanya."
Jadi mumpung si balita masih
mudah untuk diarahkan, buatlah jadwal kesehariannya sedini mungkin. Namun perlu
diingat, orang tua perlu menyisipkan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan di
dalam rutinitas si kecil agar ia tidak merasa tertekan. Jadwal pun harus
fleksibel dan tidak kaku. Misalnya, saat ada saudara berkunjung, si kecil bisa saja
tak perlu mengikuti jadwal tidur siangnya agar dapat bermain dengan saudaranya.
2. Rancanglah aktivitas tidur
yang menyenangkan Umpamanya dengan meletakkan mainan favoritnya atau
barang-barang yang disukai anak, seperti bantal, guling dan lainnya di atas
tempat tidur. Cara lain, coba dongengkan cerita yang disukai anak. Pilihkan
cerita yang bersifat mendidik agar ia bisa memetik hal positif dari dongeng
yang diberikan. Mengatur tempo suara pun sangat baik dilakukan. Misalnya, di
awal cerita suara kita terdengar cukup keras. Seiring dengan berjalannya
dongeng, suara perlahan dikecilkan.
Ketika anak terlihat sudah mau
memejamkan mata. lirihkan suara dan buat seakan-akan suara menghilang secara
perlahan. Bila memang diperlukan atau anak memintanya, buatlah semacam
"upacara" sebelum tidur. Misalnya, setiap mau tidur, ia mesti
dibacakan cerita, mengucapkan selamat tidur bagi para bonekanya dan lainnya.
Intinya, apa pun ritual yang diinginkan, cobalah dipenuhi, termasuk saat ia
ingin melakukan permainan seperti gulat, smack down, dan sejenisnya sebelum
tidur. "Namun jangan sampai keterusan hingga anak lupa tidur tetapi batasi
dan minta anak untuk segera tidur," ujar Neneng.
3. Ciptakan suasana nyaman Kamar
yang nyaman dan menyenangkan bisa diciptakan dengan berbagai cara. Salah
satunya menghias kamar dengan gambar-gambar dan mainan yang disukai. Suasana
yang menye-nangkan akan mendorong anak untuk betah berada di dalam kamar.
Namun, hindari hiasan-hiasan yang terlalu ramai karena akan membuatnya tergerak
untuk memainkan. "Suasana tenang, lampu redup terkadang sangat diperlukan
untuk membuat anak lebih mudah tidur," kata Neneng.
Tak hanya itu, perilaku orang tua
terkadang dibutuhkan agar si kecil cepat terlelap. Seperti, berpura-pura
memejamkan mata, tidak berbicara, tidak banyak bergerak, dan sebagainya. Dengan
melihat orang tuanya "sudah tidur" bisa memicu anak untuk melakukan
hal serupa. Jadi jangan malah membuat konsentrasi anak untuk tidur buyar,
dengan menghidupkan teve misalnya. "Di teve kan banyak sekali hal menarik
sehingga anak tertarik untuk melihatnya. Bila demikian, sulit baginya untuk
memejamkan mata."
4. Alunkan musik penenang
Sebagai alternatif agar si kecil mau memejamkan mata, coba iringi tidurnya
dengan suara-suara syahdu. Seperti dengan memperdengarkan alunan musik klasik,
atau rekaman-rekaman suara yang mene-nangkan, seperti air terjun, ombak, dan
lainnya. Dari hasil penelitian, suara-suara yang menenangkan akan membuat anak
merasa lebih nyaman. Dalam kondisi ini anak akan lebih mudah untuk diajak
tidur.
JIKA TIDAK BERHASIL
Namun perlu disadari juga,
mungkin saja segala daya upaya orang tua untuk membuat si aktif tidur siang,
tidak berhasil. Menurut Neneng, tak perlu ter-lalu mengkhawatirkan hal ini.
Karena sebenarnya dengan hanya beraktivitas tenang di atas tempat tidur; dengan
mendengar-kan dongeng atau memainkan bonekanya ini sama saja sudah membuatnya
beristirahat. "Tidur siang memang sangat penting diterapkan pada anak.
Namun bila pada kenyataannya
orang tua malah mengalami kesulitan saat mengajak anak tidur di malam hari,
boleh saja kita mengorbankan waktu tidur siangnya." Nah, di malam harinya,
ketika tenaganya terkuras, anak akan lebih mudah untuk tidur.
No comments:
Post a Comment